Iuran Bangunan Mahal, Mahasiswa Unsika Demo Rektorat
BaskomNews.com – Protes mahalnya Iuran Pembangunan Institusi (IPI), ratusan mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) melakukan aksi demonstrasi di kampusnya, Jumat (11/9/2020) siang.
Massa aksi mahasiswa yang dikomandoi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari berbagai fakultas ini memprotes kebijakan rekor baru Unsika, Prof. Sri Mulyani yang dinilai telah mencekik.
Bahkan mahalnya biaya masuk awal kuliah di Unsika ini menyebabkan sekitar 37 mahasiswa baru mencabut berkas pendaftaran atau membatalkan niatannya untuk masuk ke Unsika.
Presiden Mahasiswa Unsika, Teguh Febriana mengatakan, ada 8 topik permasalahan yang sedang terjadi di Unsika, serta ada 3 permasalahan penting yang harus segera diselesaikan secepatnya oleh Rektor Unsika.
Yaitu dari mulai Iuran Pengembangan Institusi (IPI) yang sangat memberatkan disaat perekonomian merosot dampak pandemi Covid-19. Kemudian, data penyesuaian Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Pusat Pelayanan Terpadu yang tidak representatif.
Disampaikan Teguh, selama 100 hari kerja menjabat sebagai Rektor Unsika, ada sejumlah kebijakan Prof. Sri Mulyani yang merugikan mahasiswa. Belum lagi ada sekitar 37 mahasiswa baru yang mencabut berkas pendaftaran akibat mahalnya IPI.
“Ada kebijakan rektorat menaikan IPI yang lebih besar dari sebelumnya. Maka itu hari ini BEM semua fakultas di Unsika akhirnya mengadakan aksi demo untuk memprotes kebijakan itu,” tutur Teguh Febriana.
Melalui aksi demonstrasi, Teguh menyampaikan, jika mahasiswa menuntut agar kebijakan uang pangkal dihapuskan, karena mahasiswa juga sudah terbebani oleh mahalnya biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Berdasarkan pantauan awak media di lokasi, setelah beberapa kali melakukan orasi, akhirnya Rektor Unsika, Prof. Sri Mulyani keluar dari ruangannya dan menemui mahasiswa yang terlihat masih berorasi di halaman Fakultas Pertanian.
Disampaikan Prof. Sri Mulyani, apa yang menjadi tuntutan seluruh mahasiswa saat ini sedang tahap membangun. Menurutnya, ada kinerja yang ingin dicapai Unsika, tetapi persoalannya belum terakomodir oleh anggaran yang ada.
“Karena anggaran kita selama ini hanya bisa membangun, tapi tidak bisa merawat,” kata Prof. Sri Mulyani, sambil menunjukan sejumlah bangunan yang tak terawat dan gelap.
Ia juga menyebutkan, ada 121 indikator kinerja dan 70 program, 8 diantaranya kinerja utama dari Kemendikbud yang terbaru. Program ini belum ada anggarannya, meskipun ada sifatnya hanya operasional, bukan untuk infrastruktur.
Padahal, perguruan tinggi di Indonesia diminta untuk berinovasi sesuai kemampuan. “Itulah yang kemudian menjadi salah satu penyebab, maka kami per semester ini mengadakan iuran pengembangan institusi, tapi tidak untuk semua jalur mahasiswa,” terangnya. (red)