Kopi Karawang Memasyarakat
Baskomnews – Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Pertanian Karawang Edi Suryana mengungkapkan, kopi Karawang sangat potensial, namun kurang tersosialisasikan.
“Saya jalan ke Cilamaya, Tempuraan sudah mulai memasyarakat, Maklum baru seumur jagung,” kata Edi, Rabu (21/4/2021).
Edi sendiri awalnya mengaku tak suka kopi. Namun setelah mencicipi kopi Karawang, ia mengaku menjadi gemar ngopi. “Rasanya beda, enak” seloroh Edi.
Edi mengatakan, pihaknya sangat mendukung para petani Karawang untuk semakin meningkatkan kuantitas dan kualitasnya. Ia menyebut poduktivitas kopi Karawang saat ini 1 hingga 5 ton per hektar. Idealnya 20 ton per hektar.
“Kita terus melakukan upaya agar kualitas dan kualtitasnya tercapai maksimal. Beberapa petani milenial kita kirim (mengikuti pelatihan) ke Pengalengan agar nantinya bisa menularkan (ilmu) ke yang lain,” kata dia.
Selain itu, menurutnya, bimbingan pengolahan pascapanen dan organisme pengganggu tanaman (OPT) juga tak kalah penting untuk mencapai kualitas kopi yang baik.
“Kami ingin kopi menjadi ikon Karawang selain padi,” kata dia.
Ketua Komisi II DPRD Karawang Anggi Rostiana mengaku sangat mendukung kopi Karawang. Ia berharap produksi dan mutu kopi Karawang meningkat.
“DPRD tengah membahas Raperda Produk Karawang. Kopi bisa dimasukkan,” kata Anggi.
Selain kualitas, Anggi ingin kopi Karawang lebih dikenal. Caranya dengan menggencarkan promosi. Ia berharap kopi Karawang bisa dikenal seperti kopi Toraja, Aceh, dan lainnya.
Anggi berharap kopi Karawang tak hanya hadir di kedai-kedai kopi, melainkan juga di warung-warung kecil. Sebab, ingin warga Karawang minum kopi dari daerahnya sendiri. Ia pun mengimbau warga Karawang mencicipi kopi Karawang.
“Jangan ngaku orang karawang kalau belum minum kopi Karawang,” kata dia
Saepul Riki, Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (Apeki) Karawang mengatakan, mengenalkan kopi Karawang adalah pekerjaan rumah besar. Ia mengakui belum banyak warga Karawang yang tahu dan kenal daerahnya juga penghasil kopi.
“Keinginan kami tidak muluk-muluk. (Kopi Karawang bisa dinikmati oleh penikmat kopi di Karawang,” ujar Riki.
Di Karawang, kata Riki, ada beberapa merek kopi Karawang. Di antaranya Kopi Hideung, Kopi Hansip, Kopi Sanggabuana, dan Kopi Akar.
Riki ingin kedai-kedai kopi di Kota Pangkal Perjuangan turut menyajikan kopi Karawang. Ia mengaku prihatin kopi Karawang justru biasanya dijual ke luar daerah. Yang diproduksi dan dikonsumsi di Karawang hanya sekitar 10 persen.
Di Karawang ada sekitar petani 300 an petani kopi yang menggarap lahan sekitar 675 hektar di Pegunungan Sanggabuana di Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru, dan Ciampel. Di Ciampel juga ditanam kopi jenis liberika seluas 80 hektar.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) petani, Apeki Karawang berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Karawang dan Jawa Barat. Beberapa pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kopi Karawang.
“Baru-baru ini, beberapa petani milenial milenial kami kirim ke Bandung untuk mengikuti pelatihan. Kami ingin ada penguatan SDM di hulu,” kata Riki.
Selain SDM, Riki juga mengakui sarana dan prasarana masih minim. Padahal menurutnya, untuk memproduksi kopi dengan kuantitas dan kualitas unggul memerlukan teknologi moderen. “Kita coba berkoordinasi dengan berbagai pihak,” ungkapnya.
Belum lama ini, kata dia, petani kopi di Karawang mendapat pendampingan dari produsen PT Santos Jaya Abadi. Jika kualifikasi terpenuhi, peluang kopi Karawang bisa ditarik atau dibeli oleh produsen kopi kapal api itu.
“Jika masuk standar mereka (PT Santos Jaya Abadi) kemungkinan diterima perusahaan Kapal Api itu,” kata Riki.