DLHK Klaim Barugbug Sudah Membaik, ini Alasannya?
BaskomNews.com – Soal pencemaran Bendungan Barugbug di Desa Situdam Kecamatan Jatisari, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang mengklaim jika kondisi air menghitam di Bendungan Barugbug sudah mulai membaik.
Membaiknya Bendungan Barugbug diklaim DLHK karena intensnya penanganan yang dilakukan langsung oleh Dansektor 19 atas perintah langsung dari Menko Maritim.” Sekarang Barugbug lebih baik, jika dibandingkan yang dulu hitam pekat dan berbusa,” kata Kepala DLHK Karawang, Wawan Setiawan.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Dansektor 19 yang menangani langsung pemcemaran di Situdam, Wawan menjelaskan, jika Dansektor telah memperlihatkan bukti-bukti berupa berita acara, yaitu dimana saluran pembuangan limbah 5 pabrik di Kabupaten Subang dan 8 pabrik di Purwakarta sudah ditutup.
“Malah ada yang sampai saat ini masih dicor atau ditutup, silahkan di cek bahwa Dansektor punya alatnya. Sekarang sudah lebih baik dibanding dulu sampai berbusa segala macam. Kaitan masih hitam itu (kondisi air) dari sedimen yang dulu masih mengendap,” kata Wawan.
Dansektor Kodam Siliwangi, Infantri Agus Hari membenarkan, bahwa kondisi Barugbug kini sudah mulai membaik, atas penanganan yang dilakukan oleh pihaknya dalam rangka menanggulangi pencemaran yang sudah terjadi.
“Iya betul, penandatanganan berita acaranya juga ada, kala air masih hitam itu kan dari sendimen yang dulu yang menggendap,” katanya, saat dikonfirmasi melalui ponsel seluler.
Menurutnya, pencemaran Barugubug bukan hanya akibat limbah industri di Subang dan Purwakarta. Melainkan juga akibat limbah rumahan seperti sabun dan lainnya. “Dari limbah rumahan juga ada sabun-sabun dan lainnya, melalui saluran-saluran yang dibuang ke sungai, walaupun kecil tapi banyak,” jelasnya.
Masih kata Infantri Agus Hari, bentuk penanganan terhadap 13 pabrik yang mencemari sungai Barugbug masih terus dilakukan sampai saat ini bersama Dinas Lingkungan Hidup Subang dan Purwakarta. Bahkan menurutnya, pihak kepolisian, pemerintahan kecamatan, serta para wartawan pun ikut turun mengawasi.
“Sejak dari bulan juli lalu ada 13 pabrik yang sudah ditutup, 3 perusahaan tekstil yang membandel dan sampai saat ini kita masih tutup. Dalam penangannya pun kita bersama-sama LH Subang dan Purwakarta, kepolisian, kecamatan sampai wartawan pun ikut dulu. Kendati hanya ada 13 perusahaan, kita sampai saat ini masih terus mendeteksi. Karena ada informasi lagi, kan untuk sampai ke Karawang itu cukup jauh, makannya kita terus telusuri,” paparnya.
Disinggung soal ‘funishment’ yang diberikan kepada 13 perusahaan tersebut seperti apa, Imfantri Agus Hari menjelaskan, terlebih dahulu pihaknya melakukan pembinaan dengan dasar pertimbangan untuk menyelamatkan tenaga kerja. Namun jika mereka (perusahaan) masih saja membuang limbah dan enggan memperbaiki IPAL, maka penindakan selanjutnya dengan cara membawa ke ranah hukum.
“Hal pertama kita lakukan pembinaan terhadap 13 perusahaan itu, karena kan di sana banyak karyawan juga. Kalau mereka sudah mau memperbaiki IPAL, sehingga limbah tidak keluar dan mencemari lingkungan, ya kita buka lagi. Tapi jika mereka masih saja membandel, langkah melimpahkan ke hukum akan kita lakukan,” tandasnya.
Sementara itu dalam kesempatan HUT Karawang ke 386 tahun, beberapa aktivis yang tergabung dalam Sadulur Cilamaya sempat memposting di media sosial tentang ucapan HUT Karawang di depan Bendungan Barugbug yang airnya terlihat hitam pekat. Para aktivis ini membuat sindiran kepada Pemkab Karawang yang sudah belasan tahun tidak mampu menyelesaikan pencemaran Bendungan Barugbug yang mengalir ke Sungai Cilamaya.(iql)
BACA SEBELUMNYA : DPRD Jabar Minta Gubernur Segera Bentuk Tim Atasi Pencemaran Barugbug