Pimpred BaskomNews.com Berikan Pelatihan Jurnalistik Sekolah

0

Pimred BaskomNews.com Ade Kosasih, SE saat menyampaikan materi jurnalistik sekolah kepada para Komite Sekolah Alam Karawang.

banner 468x60

“Karena modal dasar untuk menjadi seorang jurnalis adalah “rasa kepo yang berlebih”, atau rasa ingin tahu yang lebih terhadap suatu persoalan yang didengar atau dilihat secara kasat mata”

BaskomNews.com – Pimpinan Redaksi (Pimred) BaskomNews.com memberikan materi pelatihan jurnalistik bagi Komite Sekolah, di Sekolah Alam Karawang yang beralamatkan di Desa Wadas, Kecamatan Telukjambe Timur, Rabu (12/12/2018).

Atas undangan pihak sekolah yang mengaku ingin mengembangkan majalah sekolah, BaskomNews.com berkesempatan memenuhi undangan tersebut. Berdasarkan pengakuan pihak sekolah, sebenarnya Majalah Sekolah Alam Karawang yang diberi nama SAKA News tersebut sempat berjalan beberapa tahun ke belakang.

banner 336x280

Namun berhubung para Komite Sekolah yang mengurusi keredaksian majalahnya sudah menjadi alumni, akhirnya majalah SAKA News sempat fakum. Berdasarkan diskusi yang terlihat, Pimred BaskomNews.com Ade Kosasih, SE ini menyampaikan beberapa materi tentang jurnalistik.

Dari mulai teori dasar jurnalistik, perbedaan aturan main jurnalistik sekolah dengan jurnalistik perusahaan media, sampai dengan materi tentang tahap awal pembentukan majalah sekolah. Dalam beberapa materi diskusi, Pimred BaskomNews.com sempat memuji hasil karya majalah SAKA News.

Namun beberapa masukan atas kekurangan majalah SAKA News juga disampaikannya. “Saya berharap setelah ini, ibu-ibu komite yang ikut dalam diskusi ini menjadi SDM di keredaksian majalah SAKA News nanti. Ini majalah sudah bagus, tapi ada beberapa yang harus kita tambahkan,” tutur Ade Kosasih, SE, dalam diskusinya dengan Komite Sekolah.

Para Komite Sekolah Alam Karawang terlihat serius saat menyimak materi jurnalistik sekolah dari Pimred BaskomNews.com.

Sementara dalam sesi pertanyaan materi, Ade Kosasih menjelaskan, jika untuk menjadi seorang jurnalis atau wartawan itu tidak harus selalu orang yang merupakan lulusan pendidikan jurnalistik. Karena modal dasar untuk menjadi seorang jurnalis adalah “rasa kepo yang berlebih”, atau rasa ingin tahu yang lebih terhadap suatu persoalan yang didengar atau dilihat secara kasat mata.

“Contoh kecil seperti Najwa Shibah, siapa orang di Indonesia yang tidak kenal Najwa Shihab. Siapa dia?, apakah dia merupakan jurnalis yang pernah mengenyam pendidikan khusus jurnalis?, tidak. Karena ketertarikan Najwa Shibah kepada dunia jurnalistik berawal saat dia magang semester akhir di Fakultas Hukum di kampusnya. Saat itu dia magang di stasiun televisi RCTI,” tutur Ade, saat memberikan motivasi kepada komite sekolah.

Lebih dari itu, sambung Ade, kegiatan jurnalistik di sekolah sebenarnya tidak harus selalu menekankan kepada fungsi to inform, to educate, to entertaint layaknya seperti perusahan media. Melainkan harus lebih ditekankan kepada tujuan bagaimana caranya semua SDM di sekolah, khususnya siswa lebih termotivasi untuk mau menulis.

Karena dengan cara menulis, kecerdasan intelektual dan emosional seseorang akan lebih terlatih dalam menyerap informasi maupun mengembangkan pola pikir atau cara pandang terhadap suatu persoalan yang dilihatnya.

“Kita sering melihat banyak orang pintar, orang cerdas, orang yang hobinya baca buku, tetapi dia tidak mampu berbicara, berpidato atau menyampaikan sesuatu di hadapan orang banyak seperti ini. Karena apa?, karena dia sangat jarang sekali menggambarkan apa yang ada di dalam pikirannya dalam bentuk tulisan. Maka, inilah pentingnya kenapa kita harus menulis,” tandas Ade. (zay)

banner 336x280