PKKMB Unsika, “Generasi Milenial Harus Kreatif dan Kaya dengan Gagasan”
BaskomNews.com – Berkesempatan menjadi pemateri dalam acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Singaperbangsa Karawang, Selasa (27/8/19), Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Rahmat Djati mengajak para mahasiswa baru untuk lebih kreatif dan kaya dengan gagasan.
Karena menurutnya, hal itulah yang ciri khas seorang milenial. “Adapun ciri dari pada generasi milenial adalah orang yang bisa berpikir out of teh box, kaya dengan gagasan dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik. Generasi millenial juga termasuk generasi kreatif salah satu bukti adalah tumbuhannya industri kreatif dan star-up,” Kang Toleng (sapa’an akrab).
Lebih lanjut Kang Toleng juga menyinggung terkait era revolusi industri 4.0, atau revolusi industri generasi ke 4, dimana mahasiswa yang juga sebagai kaum milenial harus dapat memperiapkan dirinya secara maksimal, agar dapat menjadi pionir pembangunan ke depan.
“Era ini adalah era post modern, serba cepat, mahasiswa sebagai aset bangsa dan agen pembaharu (iron stock) harus benar-benar mempersiapkan diri, baik secara intelektual, maupun sepiritual dengan cara belajar sungguh-sungguh,” katanya.
Selanjutnya, Kang Toleng sapaan akrab Rahmat Djati, menguraikan satu per satu dari generasi sebelum milenial. Suasana forum pun terlihat antusias menyimak materi yang disampaikan.
“Di Indonesia ini terbagi dalam tiga generasi. Generasi Baby Boomers yaitu yang lahir dari tahun 1940-1960-an, dan tantangan generasi ini adalah fisik. Karena sempat mengalami zaman pertempuran fisik. Kemudian generasi X adalah yang lahir dari 1960-1980, tantangannya adalah pendewasaan sikap. Serta generasi milenial yang lahir tahun 1980-ke atas dengan tantangan berupa teknologi informasi,” katanya.
Bagi generasi milenial, lanjut Toleng, semua serba cepat. Sekali sentuh, langsung apa yang diinginkan bisa terwujud. Contoh adanya aplikasi di smartphone.
“Namun hendaknya dengan teknologi informasi yang semakin canggih bagi generasi milenial ini, yang perlu diwaspadai adalah bagaimana agar tidak keluar dari jati diri bangsa itu sendiri. Ini yang jadi persoalan,” tambahnya.
Menyinggung sisi negatifnya, Kang Toleng menjelaskan, jika kaum mileniah hari ini identik dengan apatis, pragmatis, hedonis dan enggan dalam kajian atau membaca buku-buku.
“Negatifnya minat baca generasi milenial rendah. Mereka cuma bisa membaca melalui smartphone, tanpa mau menambah pengetahuan sejarah dari buku-buku lainnya. Sehingga banyak generasi milenial yang termakan info hoax,” paparnya
Atas persoalan ini, Kang Toleng berharap, agar para mahasiswa tidak hanya berhenti belajar di bangku kuliah, tetapi harus rajin membaca, diskusi, refleksi dan mengamalkan ilmu sesuai dengan konteksnya.
“Insya Allah, jika itu dilakukan kalian semua menjadi mahasiswa yang bernilai untuk kemajuan bangsa dan negara ini,” pungkasnya. (iql)