Bocah Tahfidz Yatim Tunanetra Ini Bacakan Surat Al-Buruj, Kang Jimmy Nangis!
“Ini anak cerdas banget, saya kagum. Keterbatasannya (maaf) yang tidak bisa melihat, tidak lantas menghentikan keinginannya untuk menjadi penghafal Al-qur’an. Saya salut dan saya terenyuh,”
BaskomNews.com – Aira (7), bocah yatim piatu asal Rengasdengklok Karawang yang merupakan Tahfidz Qur’an ini membacakan surat Al-Fatihah dan Al-Buruj di depan Wakil Bupati Karawang, H. Ahmad Zamakhsyari (Kang Jimmy) di Rumah Dinas Wakil Bupati (RDWB), Kamis (20/12/2018).
Kedatangan Aira dan Sang Nenek ke RDWB ini dibawa oleh Relawan Kang Jimmy. Pasalnya, kecerdasan Aira yang tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sekolah ini sempat viral di media sosial. Atas dasar kekaguman kepada Aira, akhirnya para relawan mengajak Aira dan neneknya untuk bertemu dengan Kang Jimmy secara langsung.
Kedatangan Aira ke RDWB ini tidak meminta hal yang macam-macam kepada Kang Jimmy. Aira hanya ingin dibelikan Al-qur’an Broile untuk dia terus bisa menghapal Al-qur’an. Mengaku kagum dengan keinginan kecerdasan bocah yatim tunanetra ini, akhirnya Kang Jimmy memenuhi keinginan Aira untuk memberikan Al-qur’an Broile.
“Ini anak cerdas banget, saya kagum. Keterbatasannya (maaf) yang tidak bisa melihat, tidak lantas menghentikan keinginannya untuk menjadi penghafal Al-qur’an. Saya salut dan saya terenyuh,” kata Kang Jimmy.
Saat mendengarkan Aira menghafal Surat Al-Buruj, Kang Jimmy yang didampingi istrinya Hj. Ida Zamakhsyari dan anak bungsunya Al-Muntaha Naga Syaqwa, mata Kang Jimmy mulai terlihat meneteskan air mata.
Tidak hanya itu, mitos balita yang sering disebut “masih bersih dari dosa dan memiliki naluri kepekaan lebih” ternyata juga terbukti saat Aira membacakan Surat Al-Buruj dan Al-Fatihah di depan Al-Muntaha Naga Syaqwa.
Terlihat, anak bungsu Kang Jimmy yang biasanya terlihat lincah dan gak mau diem ini tiba-tiba saja terlihat seperti seseorang yang “anteng” menonton wayang golek. Mata Naga Syaqwa terlihat tidak berpaling dari pandangannya kepada Aira yang sedang menghafal Surat Al-Buruj.
Dalam kesempatan ini, selain mendoakan Aira supaya menjadi anak yang selalu berbahagia, Kang Jimmy meminta kepada Aira, agar mendoakan anak bungsunya Al-Muntaha Naga Syaqwa supaya menjadi anak yang sholeh. “Ini Naga Syaqwa, doakan Naga ya,” kata Kang Jimmy kepada Aira, sambil mencoba meletakkan tangan Aira di atas kepala Naga Syaqwa dengan dibantu istrinya.
Lantas, mengapa Kang Jimmy meneteskan air mata saat Aira menghafal Surat Al-Buruj dan Al-Fatihah di hadapannya?.
Ternyata, Surat Al-Buruj sendiri merupakan Surat ke 85, terdiri dari 22 ayat yang tercantum dalam juz 30 di dalam Al-qur’an. Surat ini menceritakan kisah Ashabul Ukhdud (penggali parit). Bercerita tentang seorang anak kecil tunanetra cerdas bernama Ghulam yang beriman kepada Allah SWT.
Keimanan Ghulam kepada Allah SWT sempat mengancam keselamatan nyawanya. Karena Ghulam dikisahkan “tidak disukai” oleh Sang Raja dari sebuah kerajaan yang tidak mengimani Allah SWT. Berikut kisah lengkapnya :
Ayat ini berkisah tentang Ashabul Ukhdud (penggali parit) sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan at-Tirmizi dari riwayat sahabat Shuhaib Ar-Rumy RA. Rasululullah bercerita tentang Ashabul Ukhdud :
Dahulu ada seorang raja yang memiliki penasehat seorang ahli sihir yang ternama. Usianya sudah sangat lanjut. Penyihir tersebut hendak mencari penerus dan pewaris ilmunya yang kelak akan menggantikan posisinya sebagai penasehat raja. Hingga didapatlah seorang anak laki-laki yang cerdas. Sayangnya sang anak tersebut (Ghulam) sering berbeda pendapat dan perangai dengan sang penyihir tersebut.
Di tengah jalan antara rumahnya dan istana, terdapat sebuah gua yang dihuni oleh seorang rahib. Setiap Ghulam lewat tempat tersebut, ia selalu bertanya beberapa hal kepada sang rahib. Hingga sang rahib mengaku bahwa dia menyembah Allah dan mengesakannya. Lambat laun Ghulam lebih suka berlama-lama di tempat rahib untuk belajar dan selalu terlambat datang ke tempat tukang sihir.
Hingga suatu saat kerajaan memerintahkan menjemput ke rumah. Karena hampir saja ia tidak hadir pada suatu hari. Ghulam memberitahu perihal ini kepada rahib. Sang rahib menjawab mencarikan rasionalisasi : Jika penyihir itu bertanya dimana engkau, jawab saja aku ada di rumahku. Jika keluargamu menanyakan keberadaanmu, maka beritahu mereka bahwa engkau berada di tempat penyihir.
Suatu hari, ketika Ghulam sedang di jalan, ia menjumpai sekelompok orang terhenti jalannya karena ada binatang buas (singa) yang menghalangi mereka. Ghulam segera mengambil batu dan berkata : Ya Allah jika yang dikatakan sang rahib benar, maka izinkan aku membunuh binatang ini. Jika apa yang dikatakan sang penyihir yang benar, maka aku meminta supaya Engkau menggagalkanku membunuh binatang ini.
Kemudian ia lempar batu tersebut dan binatang itu mati seketika. Orang-orang pun terperanjat setelah tahu bahwa anak kecil itu yang membunuhnya. Mereka berkata : anak itu tahu suatu ilmu yang tidak diketahui oleh orang lain.
Hingga didengarlah oleh seorang pejabat kerajaan yang buta. Ia mendatangi ghulam dan berkata : Jika engkau kembalikan penglihatanku, maka akan aku beri hadiah ini dan itu. Ghulam menjawabc : Aku tak memerlukan itu dari Anda. Jika aku bisa mengembalikan penglihatanmu, apakah engkau beriman kepada Dzat yang mengembalikan penglihatanmu? Dia menjawab : ya!.
Maka sang buta tersebut dapat melihat dan beriman pada ghulam. Berita ini tersiar sampai ke kerajaan. Hingga sang raja marah besar dan membunuhi siapa saja yang mengikuti ajaran Sang Ghulam. Hingga ditangkaplah sang rahib dan sang buta yang telah melihat. Mereka berdua dibunuh dengan sadis, yaitu dibelah badannya dengan gergaji.
Ghulam yang ditangkap akhirnya dibawa ke atas gunung bersama beberapa tentara kerajaan untuk dilempar dari atas gunung. Namun, tak ada yang selamat dari atas gunung kecuali Ghulam dan ia pun kembali. Sang raja memerintahkan untuk membawa ghulam ke tengah laut untuk dibuang di sana. Badai pun menyerang mereka.
Tak ada yang selamat kecuali Ghulam. Ia pun kembali lagi. Setiap makar yang dibuat untuk membunuhnya selalu gagal. Akhirnya, Ghulam berkata kepada sang raja : Engkau tak akan bisa membunuhku kecuali dengan menyalibku di depan rakyatmu. Kemudian memanahku sambil berkata “bismillah rabbil Ghulam” [dengan nama Allah Tuhan anak kecil ini].
Setelah disalib dan sang raja mengucapkan kata-kata tersebut dengan keras. Panah yang meluncur dari busur sang raja itupun menancap di tubuh Ghulam dan menewaskannya sebagai seorang syahid. Orang-orang di sekitarnya berkata : Ghulam tahu ilmu yang tidak diketahui orang lain, kita harus beriman kepada Tuhannya.
Sang raja murka dan memerintahkan untuk menggali parit dan menyalakan api. Barang siapa yang tak mau meninggalkan agamanya (agama Ghulam), maka akan dilempar ke dalam parit yang menyala-nyala tersebut. Hingga ada seorang ibu yang menyusui anaknya sedang ragu-ragu. Sang bayi yang ada dalam buaiannya pun berkata meyakinkannya : Ibu, sabarlah. Sesungguhnya engkau berada dalam pihak yang benar.
(red)