Blunder Politik Kalajengking Jokowi
BaskomNews.com – Ungkapan Presiden Joko Widodo soal racun kalajengking di acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) jadi sorotan. Pernyataan Jokowi pun seolah membuatnya blunder disengat politik racun kalajengking.
Di Musrenbangnas dalam rangka penyusunan RKP 2019 itu, sebenarnya Jokowi membahas harga komoditas yang punya nilai tinggi. Di antara komoditas bernilai tinggi itu dia menyebut cairan racun kalajengking, yang harga tiap liter mencapai ratusan miliar rupiah.
“Ada fakta yang menarik, yang saya dapat dari informasi yang saya baca, komoditas yang paling mahal di dunia adalah racun scorpion, racun dari kalajengking. Harganya USD 10,5 juta, artinya Rp 145 miliar per liter. Jadi kalau mau kaya, cari racun kalajengking,” kata Jokowi di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin (30/4/2018).
Jokowi lalu mengatakan harga racun kalajengking yang supermahal itu masih kalah jauh dibanding harga Californium 252, yang harganya USD 27 juta per gram atau Rp 357 miliar per gram.
Tapi, di atas kedua barang tersebut, Jokowi mengatakan komoditas termahal adalah waktu. Teknologi yang terus berkembang bisa membuat dunia makin canggih dan cepat. Teknologi modern tersebut pada akhirnya membuat manusia bisa lebih banyak memanfaatkan waktu.
Partai Gerindra menilai bahasan racun kalajengking Jokowi di pidato dalam forum tersebut kurang tepat. Anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade mengaitkan pidato itu dengan kondisi lapangan kerja saat ini. Dia meminta masyarakat menanyakan langsung maksud pidato ‘cari racun kalajengking kalau mau kaya’.
“Coba ditanyakan ke Pak Presiden, apakah betul ini bagian dari kebijakan membuka 10 juta lapangan pekerjaan sesuai dengan janji kampanye atau tidak. Karena yang tahu kan Presiden. Kalau memang seandainya benar, tolong ditanyakan kapan diadakan pelatihan mencari racun kalajengking tersebut,” ucap Andre, Senin (30/4/2018).
Kritik juga disampaikan Waketum Gerindra Ferry Juliantono. Ferry menyebut pembahasan kalajengking itu menandakan Jokowi tak pantas lagi menjadi Presiden RI.
“Kalau orang sudah anjlok elektabilitasnya dan hilang kehormatannya, ya seperti itu. Memang sudah nggak pantas lagi jadi presiden,” klaim Ferry kepada wartawan, Kamis (3/5/2018).
Waketum Gerindra Fadli Zon juga ikut memberi tanggapan. Wakil Ketua DPR ini pun mempertanyakan pembuat isi teks pidato Jokowi itu andai memang Jokowi membaca teks. Ia heran mengapa teks semacam itu bisa lolos untuk dibawakan Presiden di hadapan publik.
“Menurut saya, ini harus diusut ya, kenapa kok bisa seorang Presiden RI berbicara seperti ini. Ini menurut saya memalukan,” jelas Fadli.
“Timnya dari sekretariat itu kan ada banyak sekali. Ada Sekneg, ada Setkab, ada KSP segala, jadi apa yang diurusin? Masak seorang presiden bisa bicara seperti itu,” tambahnya.
PKS juga melayangkan kritik kepada Jokowi yang menyinggung soal harga racun kalajengking dalam pidatonya. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyebut Jokowi sengaja mencari tenar.
“Kemungkinannya memang ingin heboh dan jadi perbincangan yang ini absurd karena menghabiskan energi publik,” kata Mardani kepada wartawan, Kamis (3/5/2018).
Mardani mengatakan isi pidato itu tak memiliki relevansi dengan acara yang saat itu tengah dihadiri Jokowi. Alih-alih menjelaskan soal pembangunan, Jokowi malah memerinci harga racun kalajengking yang bernilai USD 10,5 juta atau Rp 145 miliar per liter.
“Mestinya Presiden memberi inspirasi bagaimana pemangku kepentingan dapat memahami gambar besar pembangunan dan proses yang harus dijaga bersama,” ujar Wakil Ketua Komisi II DPR itu.
“Bukannya menjelaskan pikiran yang anak SD pun mempertanyakan berapa banyak kalajengking harus didapatkan untuk mendapatkan 1 liter racunnya,” imbuh Mardani.
Ia kemudian memberi peringatan kepada Jokowi untuk menuntaskan pekerjaannya. Mardani menyatakan masih banyak pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan Jokowi.
Kritik juga datang dari PBB. Menurut Ketua Bidang Pemenangan Presiden PBB Sukmo Harsono, bahasan soal kalajengking ini tidak tepat disampaikan dalam forum Musrenbangnas. Sukmo menyarankan agar Jokowi berfokus pada infrastruktur dan solusi untuk problem ekonomi nasional, tak perlu bicara soal kalajengking, kecuali bila pembahasan soal serangga penyengat ini dilakukan serius.
“Kalau memang serius, undang pakar kalajengking dan lakukan studi bagaimana cara ternak kalajengking. Karena, kalau tidak, nanti salah-salah malah kena sengat. Sengat sakitnya tuh di sini #pegangjidat,” kata Sukmo dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Kamis (3/5/2018). (detik/red)