Tabligh Akbar Hari Santri Nasional di Karawang, NU Bersama Para Habaib

0

Ketua PCNU Karawang, KH. Ahmad Ruhyat Hasbi saat membawakan sambutan.

banner 468x60

“Kehadiran para habaib di sini membuktikan bahwa Nahdatul Ulama senantiasa bersama para habaib,”

BaskomNews.com – Masih dalam rangkaian Hari Santri Nasional (HSN) di Kabupaten Karawang, Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Karawang menggelar kegiatan pembacaan 1 miliar Shalawat Nariyah dan Tabligh Akbar bersama para Habaib, di kantor PCNU Karawang, Minggu malam (21/10/2018).

Melalui kesempatan ini hadir para Habaib seperti Habib Alwi bin Alwi King Al-attos, Habib Abdurrahman Fahmi Assegaf, Habib Muhammad Syarif Al-Habsyi, Habib Zein bin Abdullah Al-attos, serta Gus Shofa.

banner 336x280

“Kehadiran para habaib di sini membuktikan bahwa Nahdatul Ulama senantiasa bersama para habaib,” tutur Ketua PCNU Karawang, KH. Ahmad Ruhyat Hasbi, dalam sambutannya di depan jama’ah yang hadir.

Kiyai pimpinan Pondok Pesantren Attarbiyah Kecamatan Telagasari-Karawang ini juga menyampaikan, bahwa tugas NU bukan hanya sekedar menegakkan dakwah Ahlusunnah’waljamaah, melainkan juga menjaga dan mempertahankan NKRI.

“Ribuan para kiyai dan santri menjadi pejuang di media perang dalam merebut kemerdekaan. Bukan hanya merebut saja, tetapi menjaga sampai mempertahankan NKRI dari mulai zaman penjajah sampai saat ini,” tutur KH. Ahmad Ruhyat Hasbi.

Jama’ah memenuhi jalan di depan kantor PCNU Karawang.

Kemudian yang perlu diketahui, sambung Kang Uyan (sapaan akrab), pada tanggal 22 Oktober, almarhum Mbah Hasyim Asy’ari mengeluarkan keputusan penting bagi bangsa Indonesia yang disebut dengan Resolusi Jihad NU, yang isinya ada 3 hal :

  1. Melawan penjajah hukumnya fardu’ain bagi setiap warga negara.
  2. Siapapun yang gugur di medan perang, maka seperti mati syahid seperti perang Harobi waktu zaman Rosullah.
  3. Siapapun warga Indonesia yang memihak kepada Belanda, maka hukumnya sama dengan musuh yang wajib dibunuh.

“Maka dengan keputusan yang disebut Resolusi Jihad ini telah membakar semangat para kiyai dan santri di pondok pesantren yang dikomandoi oleh Bung Tomo di Surabaya. Maka Belanda yang datang ke Surabaya waktu itu kucar-kacir pada 10 November. Inilah manfaat dari Resolusi Jihad. Hanya saja banyak yang tidak tahu bahwa Bung Tomo adalah santrinya Mbah Hasyim,” papar Kang Uyan.

Sebelum membakar semangat are-are Suroboyo waktu itu, sambung Kang Uyan, Bung Tomo showan ke Mbah Hasyim Asy’ari. Sehingga pada akhirnya Mbah Hasyim mengumpulkan para kiyai di Jawa untuk mengusir para penjajah.

“Dan alhamdulillah, setelah 70 tahun kita merdeka, akhinya 22 Oktober 2105 Insinyur Presiden Joko Widodo mengeluarkan sebuah keputusan presiden yang disebut dengan Hari Santri Nasional,” papar Kang Uyan.

Para jama’ah perempuan juga terlihat antusias menghadiri tabligh akbar.

Di kesempatan yang sama, Wakil Bupati Karawang yang masih merupakan Mustasar PCNU Karawang H. Ahmad Zamakhsyari Kang Jimmy) menyampaikan, jika dirinya tidak pernah minder menjadi seorang santri yang telah mengenyam pendidikan Pondok Pesantren selama 11 tahun.

“Saya bangga jadi santri, saya banggsa jadi wakil bupati, saya bangga pernah menjadi anggota dewan selama 2 periode. Itu artinya para alumni pesantren bukan hanya sekedar jadi ustadz. Melainkan banyak aumni pesantren yang jadi pengusaha hebat, banyak alumni pesantren yang jadi bupati, bahkan alumni pesantren berhasil menjadi presiden. Siapa itu?, Almarhum Almukarom Abdurrahman Wahid (Gus Dur),” tutur Kang Jimmy.

Oleh karena ini, Kang Jimmy berharap agar setiap anak bisa dididik di pondok pesantren. “Tapi maaf, hati-hati pesantrennya. Jangan sampai mentang-mentang pesantren tahfidz qur’an, tiba-tiba bawa misi bendera Lailaha’illah untuk menggantikan bendera merah putih. NU tidak benci bendera Lailahaillah, karena bagi NU, La’ilahaillah senantiasa mengalir di setiap darah kita semua, amiin,” tandas Kang Jimmy. (red)

banner 336x280