Mahar : “Itu Bukan Ijtima Ulama, Tapi Pernyataan Tim Kampanye Petahana”
BaskomNews.com – Musyawarah Luar Biasa tokoh masyarakat yang mengatasnamakan Forum Habaib dan Ulama Karawang (Fahamka) Karawang yang mendorong (berijtima) Sekda Karawang, Acep Jamhuri untuk menjadi Calon Wakil Bupati mendampingi pencalonan Cellica Nurrachadiana, disindir habis pemerhati politik Karawang, Mahar Kurnia.
Pertama, jika benar hal tersebut merupakan ijtima ulama, sebut Mahar, maka seharusnya hasil ijtima yang dikeluarkan lebih kepada fatwa karakteristik kepemiminan ideal di dalam agama islam. Bukan mendorong seseorang (Acep Jamhuri, red) untuk mencalonkan.
“Harusnya ijtima itu lebih kepada seperti apa karakteristik pemimpin ideal seperti sidiq, tabligh, amanah, fathonah atau karakteristik pemimpin lainnya. Bukan malah mendorong seseorang,” sindir Mahar Kurnia, Rabu (18/3/2020).
Kedua, sambung Mahar, hasil ijtima yang dikeluarkan seharusnya lebih kepada pemaparan visi misi calon pemimpin Karawang ke depan seperti apa. Yaitu seperti berbicara solusi soal pengangguran, kemiskinan, pendidikan, sampah hingga persoalan Karawang lainnya yang sedang terjadi. Sehingga semua calon pemimpin Karawang yang sudah mendeklarasikan diri bisa masuk sebagai kriteria calon pemimpin yang akan dipilih masyarakat.
“Seharusnya seperti itu. Sehingga bukan nama Acep Jamhuri yang masuk hasil ijtima-nya, tetapi nama H. Aep Syaepulloh dan calon pemimpin Karawang lainnya juga bisa masuk kategori,” kata Mahar.
“Kalau mau dukung mendukung calon, sudah jangan mengatasnamakan ulama apalagi habaib, biasa saja. Karena menurut saya kemarin itu bukan forum ijtima ulama dan habaib, tapi pernyataan tim kampanye petahana. Sudah sebut saja timnya Cellica, gak usah malu-malu begitu,” timpal Mahar, seraya mengaku “sudah getek” ingin ikut mengomentari hasil ijtimanya.
Ketiga, masih disampaikan Mahar, setelah hasil ijtima yang mengatasnamakan Forum Habaib dan Ulama Karawang tersebut akhirnya kini muncul persoalan baru yang melibatkan keluarga besar PCNU Karawang. Persoalan kesalahan fatal dalam karya jurnalistik salah satu media online tersebut juga tidak lepas dari persoalan ijtima ulama di dalam internal forumnya.
“Akhirnya sekarang persoalannya berbuntut panjang sampai melibatkan keluarga besar NU Karawang. Karena nama beliau (Ketua PCNU Karawang) diduga dicatut dalam pemberitaan hasil ijtima-nya. Saya juga sama bagian dari keluarga besar NU. Jadi pasti saya juga tersinggung saat membaca berita di media online tersebut,” kata Mahar.
Terakhir, sambung Mahar, tadinya ia berharap jika forum ulama dan habaib di Karawang berbicara tentang isu kekinian, yaitu bagaimana sikap para ulama dan habaib Karawang di dalam menanggapi wabah Covid-19. Sehingga kehadiran para ulama di tengah-tengah masyarakat selalu menjadi solusi dan penyejuk umat, bukan malah terlibat dalam persoalan politik praktis Pilkada yang akhirnya malah menambah situasi menjadi gaduh.
“Kita sudah banyak belajar-lah dari pengalaman Pilpres kemarin, main ijtim-ijtima’an di dalam situasi politik. Makanya kita berharap seharusnya ulama itu selalu berada di tengah-tengah untuk menjadi penyejuk situasi. Sudah sebut saja yang kemarin itu pernyataan tim kampanye petahana,” pungkas Mahar yang kembali menegaskan pernyataanya kepada media. (red)