PB HMI Minta Pemerintah Cabut Larangan Organ Ekstra Masuk Kampus
“Namun faktanya, kenapa aktivitas kami dipersempit bahkan sampai dilarang di dalam kampus,” tanya heru.
BaskomNews.com – Benih pemikiran dan gerakan radikal bisa hadir dari mana saja, tak terkecuali dari dalam dunia kampus. Ekslusivitas dan intoleransi terhadap perbedaan pandangan serta pemikiran menjadi ciri khas dari gerakan mereka.
Ketua Pengurus Besar (PB) HMI Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan, Heru Slana Muslim mengatakan, salah satu faktor maraknya pemikiran dan gerakan radikal tersebut disebabkan abstainya organisasi ekstra kampus yang berpandangan moderat.
“LIPI misalnya, juga telah melakukan survei dan kajian mendalam bahwa faktor utama suburnya gerakan radikalisme di kalangan mahasiwa adalah karena ketidakhadiran organisasi-organisasi kemahasiswaan moderat di dalam kampus,” kata Heru dalam acara Dialog Kebangsaan dengan tema Jihad Melawan Paham Radikalisme di Dunia Kampus di UIN Jakarta, Selasa (15/5).
Sambung Heru, organisasi ekstra kemahasiswaan yang tergabung dalam kelompok Cipayung sudah terbukti memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dalam mengusung ide-ide moderat, inklusif, toleran.
“Namun faktanya, kenapa aktivitas kami dipersempit bahkan sampai dilarang di dalam kampus,” tanya heru.
Padahal, dikatakan Heru, kelompok Cipayung yang di dalamnya juga ada HMI, IMM, PMII, dan lain sebagainya memiliki sejarah yang panjang dalam upaya mempertahankan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Kami minta kepada instansi terkait, baik pemerintah maupun pihak kampus untuk mencabut peraturan yang melarang organisasi ekstra beraktivitas di kampus. Tentu organ ekstra yang dimaksud adalah yang memiliki prinsip pemikiran dan gerakan yang moderat, inklusif dan toleran,” tegasnya. (pls)